Kerajaan Mughal
A. Pendahuluan
Sekilas Wajah Peradaban
Islam di India, Kemunduran kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, tidak
memungkinkan Islam menaklukkan seluruh daratan Asia, khususnya China dan
Mongolia. Sebaliknya, dengan kegagahan yang mengalir dalam darah Mongol mampu
meluluhlantakkan Baghdad. Ternyata, dengan penyerangan inilah, Islam masuk ke
jiwa-jiwa pemberani tersebut. Banyak pembesar kerajaan Mongol yang memeluk
agama Islam. Dinasti Changtai (1227-1369 M) yang didirikan oleh putra Jengis
Khan, Changtai, merupakan cikal bakal Kerajaan Mughal di India. Karena Babur
adalah keturunan Raja Changtai. Dinasti Ilkhan (1256-1335 M) yang didirikan
oleh cucu Jengis Khan, Raja ke-7, Ghazan, juga seorang Muslim dan pada masanya,
Ilkhan mencapai kejayaan. Kemaharajan Mughal, (Mughal Baadshah atau sebutan
lainnya Mogul ) adalah sebuah kerajaan yang pada masa jayanya memerintah
Afghanistan, Balochistan, dan kebanyakan anak benua India antara 1526 dan 1858
M. Kerajaan ini didirikan oleh keturunan Mongol, Babur, pada 1526 . Kata mughal
adalah versi Indo-Aryan dari Mongol . Dinasti Mughal berdiri tegak selama
kurang lebih tiga abad (1526–1858 M) di India. Dalam kurun waktu tersebut,
Islam telah memberi warna tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas
memeluk agama Hindu. Hingga kini, gaung kebesaran Islam warisan Dinasti Mughal
memang sudah tidak terdengar lagi. Tetapi, lahirnya Negara Islam Pakistan tidak
terlepas dari perkembangan Islam pada masa dinasti tersebut.
Sisa-sisa kejayaan Dinasti Mughal dapat dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah
yang masih bertahan hingga sekarang. Misalnya Taj Mahal di Agra, makam megah
yang dibangun pada masa Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Mumtaz Mahal,
adalah saksi bisu kemajuan arsitektur Islam pada masa dinasti ini. Bangunan
indah yang termasuk “tujuh keajaiban dunia” ini memang sudah usang, lusuh, dan
tidak terawat. Namun, kemegahan dan keindahannya menjadi bukti sejarah akan
kokohnya peradaban Islam di India pada waktu itu. Kehidupan seperti roda
berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Demikian halnya Dinasti Islam Mughal
di India. Sebagaimana dinasti-dinasti Islam lainnya, dinasti ini pun mengalami
siklus: berdiri, berkembang, mencapai puncak, mengalami kemunduran, lalu
hancur. Itulah siklus peradaban seperti yang dikemukakan Ibnu Khaldun,
sejarawan Muslim terkemuka melalui teori Ashabiyah-nya.
Pemerintahan Kemaharajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur pada 1526 M.
Babur merupakan cucu Timur Lenk dari pihak ayah dan cucu Jenghiz Khan dari
pihak ibu. Kerajaan ini dimulai ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan
Delhi terakhir pada pertempuran pertama Panipat dengan bantuan Gubernur Lahore.
Ia menguasai Punjab dan meneruskan ke Delhi yang dijadikan ibukota kerajaan.
Penguasa setelah Babur adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556
M) di masa ini kondisi kerajaan tidak stabil, karna banyak perlawanan dari
musuh-musuhnya. Pada 1540 terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Sher Khan
dari Qanauj mengakibatkan Humayun melarikan diri ke Persia. Atas bantuan Raja
Persia (Safawiyah), Humayun kembali merebut Delhi tahun 1555 M.
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun,
Akbar Khan (1556-1605 M). Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar
berhasil memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya diwajibkan
mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat terkenal dan berhasil
menyatukan rakyatnya adalah Sulhul Kull atau toleransi universal, yang
memandang sama semua derajat. Akbar menciptakan Din Ilahi, yang menjadikan semua
agama menjadi satu demi stabilitas antara Hindu dan Islam. Akbar mengawini
putri pemuka Hindu dan melarang memakan daging sapi. Penguasa keempat adalah
Jahangir (1605-1628 M), putra Akbar. Jahangir adalah penganut Ahlusunah wal
jamaah, sehingga apa yang ayahnya ciptakan menjadi hilang pengaruhnya. Dari itu
muncul berbagai pemberontakan, terutama oleh putranya sendiri, Kurram. Kurram
berhasil menangkap ayahnya, tapi berkat permaisuri kerajaan, permusuhan antara
ayah dan anak ini bisa dipadamkan.
Setelah Jahangir meninggal, Kurram naik tahta setelah mengalahkan saudaranya,
Asaf Khan. Kurram bergelar Shah Jahan (1627-1658 M) . Masa ini banyak terjadi
pemberontakan, terutama dari kalangan keluarga kerajaan. Aurangzeb, panglima
dan juga putra ketiga Shah Jahan berhasil memadamkan pemberontakan dari
keturunan Lodi. Keberhasilan Aurangzeb membuat saudara tertuanya, Dara, merasa
iri dan menuduh ingin merebut tahta kerajaan. Namun ketangguhan Aurangzeb
berhasil mengalahkan saudaranya sekaligus menangkap ayahnya, Shah Jahan. Hal
ini pernah dilakukan sendiri oleh Shah Jahan terhadap kakek Aurangzeb,
Jahangir. Aurangzeb, (1658-1707 M) menggantikan ayahnya, Shah Jahan. Kebijakan
Aurangzeb sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh para pendahulunya terutama
buyutnya, Akbar Khan
.
Ia melarang
minuman keras, upacara
sati, serta membolehkan pengrusakan kuil-kuil Hindu. Kebijakan ini menimbulkan
banyak pemberontakan terutama dari kalangan Hindu. Namun karena kekuatan
pasukan Aurangzeb, semua pemberontakan dapat dipadamkan.
Kebesaran namanya sejajar dengan kebesaran nama buyutnya, Akbar Khan. Meski
pemberontakan bisa dipadamkan oleh Aurangzeb, namun setelah kematian Aurangzeb,
banyak propinsi yang memisahkan diri. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran,
meskipun tetap berkuasa selama 150 tahun berikutnya. Penguasa setelahnya antara
lain: Bahadur Syah (1707-1712 M), Jhandar Syah 1713, Azim Syah 1713, Faruk
Syiyar 1719, Muhammad Syah 1749, Ahmad Syah 1754, Alamgir 1759, Syah Alam 1806,
Akbar II dan raja terakhir Bahadur Syah II 1858.
Peradaban Kemaharajaan Mughal Di bidang politik, Sulhul Kull berhasil
menyatukan rakyat Islam, Hindu, dan penganut lainnya. Di bidang militer,
pasukan Mughal dikenal dengan pasukan yang kuat. Terdiri dari pasukan gajah,
berkuda, dan meriam. Wilayahnya dibagi menjadi distrik-distrik yang dikepalai
oleh Sipah Salar. Di bidang ekonomi, memajukan pertanian. Terdiri dari padi,
kacang, tebu, kapas, tembakau, dan rempah-rempah. Pemerintah membentuk sebuah
lembaga yang mengurusi hasil pertanian serta hubungan dengan para petani.
Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia Tenggara dll. Masa Jahangir,
investor diizinkan menanamkan investasinya, seperti mendirikan pabrik. Di
bidang seni, Jahangir merupakan salah satu pelukis terhebat. Kemaharajaan
Mughal juga terkenal dengan ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi
warna-warni. Diantara bangunan yang terkenal: benteng merah, makam kerajaan,
masjid Delhi, dan yang paling popular adalah Taj Mahal di Aghra. Istana ini
merupakan salah satu keajaiban dunia yang dibangun oleh Syah Jahan untuk
mengenang permaisurinya, Noor Mumtaz Mahal yang cantik jelita.
Di bidang sastra, banyak
sastra dari bahasa Persia diubah ke bahasa India. Bahasa Urdu yang berkembang
di masa Akbar, menjadi bahasa yang banyak dipakai oleh rakyat India dan
Pakistan sampai sekarang. Di bidang ilmu pengetahuan, Syah Jahan mendirikan
perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di Lucknow.
Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat dasar yang dipimpin oleh seorang guru.
Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar di India. Pelajaran dari Kemaharajaan
Mughal Salah satu Ketidakharmonisan hubungan kekeluargaan, antara ayah dan
anak, adik dan kakak menjadi salah satu faktor lemahnya kemaharajaan Mughal
dari dalam, hal ini telah terjadi pada beberapa Dinasti Islam sebelumnya. Dalam
penggalan sejarah Dinasti Mughal, tampil dua penguasa paling berpengaruh: Akbar
Khan dan Aurangzeb. Meskipun keduanya memerintah dalam dekade yang berbeda,
tetapi kebijakan Akbar Khan dan Aurangzeb, khususnya berkaitan dengan
pengembangan Islam di India, memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
Akbar mengembangkan pola Islam sinkretis. Sebaliknya, Aurangzeb mengembangkan
pola Islam puritan.
Dalam perspektif politik, langkah Akbar ini dianggap sah, bahkan cerdas. Sebab,
substansi politik adalah tercapainya tujuan, meskipun pada saat bersamaan
terdapat aspek-aspek tertentu yang terabaikan. Orang boleh melakukan apa saja
dalam konteks politik. Akbar telah memposisikan Islam tidak lebih dari sekedar
simbol formal tanpa makna. Karena itu, dia dengan mudah meleburkan dan
mencampuradukkan Islam dengan berbagai kepercayaan lain. Dalam situasi ini,
Islam kehilangan identitasnya. Ketinggian dan keluhuran ajaran Islam juga
tereduksi sedemikian rupa. Hal ini menyebabkan ketegangan dengan para penganut
Ahlusunah wal jamaah.
Lain dengan Akbar Khan, lain pula dengan Aurangzeb. Wajah Islam di India pada
masa Aurangzeb tampak lebih dominan. Dia berusaha mengangkat kembali citra
Islam yang tampak “redup” beberapa dasawarsa sebelumnya. Ia giat mengembalikan
kemurnian Islam. Usaha ini patut dihargai. Sebab, dari sini terlihat kecintaan
seorang Aurangzeb terhadap Islam. Namun, perlu diingat, Islam adalah agama yang
mensponsori perdamaian, tanpa paksaan, dan tidak mentolelir berbagai tindak
kekerasan terhadap pemeluk agama lain. Memurnikan ajaran Islam dengan merusak
tempat ibadah agama lain, bukanlah pesan Islam.
Kebijakan Aurangzeb untuk menghancurkan kuil-kuil Hindu, meletakkan arca di
jalan-jalan agar selalu diinjak tampaknya menjadi sebuah kekeliruan. Hal ini
menyebabkan terjadinya pemberontakan hebat dari kalangan Hindu. Pada 1739 M.
Mughal dikalahkan oleh pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756
M. pasukan Ahmad Shah merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania yang masuk ke
India pada 1600 M. dan mulai melakukan penaklukkan terhadap kerajaan Mughal
pada 1757 M. serta membubarkannya tahun 1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya,
Perancis.
Salah
satu warisan peradaban Islam di India adalah Kerajaan Mughal. Keberadaan
kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di anak
benua India yang nyaris tenggelam. India adalah suatu wilayah tempat tumbuh dan
berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan
India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam kembali muncul.
Tercatat dalam sejarah Islam, kerajaan Mughal ini berdiri pada periode
pertengahan. Setelah masa pertengahan usai, muncul tiga kerajaan besar yang
dapat membangun kembali kemajuan umat Islam. Di antara kerajaan besar tersebut
adalah kerajaan Mughal. Ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai
negara adikuasa pada zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu
menguasai perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan
kebudayaan yang monumental.1)
Di antara ketiga kerajaan tersebut, kerajaan Mughal adalah kerajaan yang
termuda usia berdirinya. Kerajaan ini berdiri setelah dua puluh lima tahun
setelah berdirinya kerajaan Safawi, diperkirakan sekitar seperempat abad jarak
usia keduanya. Namun kerajaan ini cukup lama berkuasa, lebih kurang selama tiga
abad. Kerajaan Mughal berdiri sejak awal abad ke-16 sampai abad ke-19.
Sejarah
merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, dan peristiwa yang unik dan
berlaku. Hanya sekali dan tidak terulang untuk yang kedua kalinya. Oleh karena itu, ada pandangan bahwa masa
silam tidak perlu dihiraukan lagi, anggap saja masa silam itu ”kuburan”.
Pandangan ini tentu saja sangat subyektif dan cenderung apriori sekaligus tidak
memiliki argumentasi yang kuat. Tapi bagaimanapun sebuah perirtiwa pada masa
silam bisa dijadikan pandangan untuk kehidupan yang akan datang agar lebih
baik.
Seperti takdir yang
telah Allah tentukan di setiap kehidupan di muka bumi ini. Mengalami masa
pertumbuhan, kejayaan dan setelah sampai titik puncaknya akan mengalami masa
kemunduran dan bahkan kehancuran, bak sebuah roda yang berputar.
Kemunculan tiga
kerajaan Islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia dan
Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan
peradaban islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan
Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I
membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode
kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa
keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M).
Seperti takdir yang
telah Allah tentukan di setiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran
bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan
tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga
raja itu, masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi
penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Demikian pula yang terjadi pada Kerajaan Mughal (India) yang telah banyak
memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kemunduran-kemunduran
inilah yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat
besar terhadap kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan.
Sejak
Islam masuk ke India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah
melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim peradaban Islam mulai tumbuh dan
menyebar di anak benua India. Kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil
menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta mengislamkan sebagian
masyarakatnya India pada tahun 1020 M. Setelah
Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India
ini, seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan yang terakhir Dinasti
Lodi yang didirikan Bahlul Khan Lody.
Hadirnya Kerajaan
Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah tersebut dimana pada saat itu
mengalami kemunduran dan keterbelakangan. Kerajaan Mughal yang bercorak Islam
mampu membangkitkan semangat ummat Islam di India.
Hal ini menunjukkan bahwa
Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada
dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini
justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah
Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami
kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
B. Pembahasan
1. Asal-usul Kerajaan Mughal
Kerajaan
Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan
panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada
sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India. Kerajaan Mughal
bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam
belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya.
Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa
kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti
Abbasiyah.
Kerajaan
Mogul (Mughal-pen) ini didirikan oleh Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530M) salah satu dari cucu Timor Lenk.
Ayahnya Umar Mirza, penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari
orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekat akan
menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu.
Pada mulanya, ia mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja
Safawi, Ismail I akhirnya berhasil menaklukkan Samarkand pada tahun 1494 M.
Pada
tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Setelah Kabul dapat
ditaklukkan, Babur meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi,
penguasa India, dilanda krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau.
Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore,
mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan
Ibrahim Lody di Delhi. Permohonan itu langung
diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu kota
Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada 21 April 1526 M,
terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim Lody beserta ribuan
tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memaski kota Delhi sebagai
pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian berdirilah
Kerajaan Mughal di India.
Dari pendapat di atas,
sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran
Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian,
Dinasti Mughal telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India
yang sebelumnya identik dengan agama Hindu.
Babur
bukanlah orang India. Syed Mahmudunnasir menulis, “Dia bukan
orang Mughal. Di dalam memoarnya dia menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang
didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan
umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah, dan
meskipun Timur (Timur Lenk) dan semua pengikutnya menyumpahi nama itu sebagai
nama musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dicap dengan nama itu,
dan sekarang tampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu.”
Dari pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah:
1. Ambisi dan karakter Babur sebagai
pewaris keperkasaan ras Mongolia
2. Sebagai jawaban atas krisis yang tengah
melanda India.
Raja-raja Mughal
Selama masa pemerintahannya
Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat
memerintah adalah:
1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530)
adalah : Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya
digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur
masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang
tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu segera menyusun
kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu
pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha
bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi.
Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun
1529. Setahun kemudian yakni pada tahun 1530
Babur meninggal dunia.
2. Humayun (1530-1556), Sepeninggal Babur,
tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bemama Humayun. Humayun
memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan
Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun
Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja
menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur
Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun
1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher
Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia.
Di pengasingan ia
kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa
Safa¬wiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya
dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan
Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan ke¬kuatan Khan Syah. Setahun
kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan oleh putranya
Akbar.
1. Akbar (1556-1605), Pengganti Humayun
adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa
kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di
India. Ketika menerima tahta kera¬jaan ini Akbar baru berusia 14 tahun,
sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang
penganut Syi’ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan
sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih ber¬kuasa di Punjab.
Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak
berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut
sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556
M. Himu dapat dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian,
Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa ia berusaha
menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan
terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi
dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah
persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program
ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar,
Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala,
Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu
pemerintahan militeristik.
Keberhasilan
ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul
sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah
Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su’ud, dengan keberhasilan
ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan
yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana
mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar
mengawali masa kemajuan Mughal di India.
1. Jahangir (1605-1627), Kepemimpinan
Jihangir yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh
dan gerakan pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup
dengan aman dan damai. Pada masa kepemimpinannya, Jehangir
berhasil menundukkan Bengala (1612 M), Mewar (1614 M) Kangra. Usaha-usaha
pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia lakukan mempertegas kenegarawanan
yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
2. Syah Jihan (1628¬-1658) tampil
meggantikan Jihangir. Bibit-bibit disintegrasi mulai tumbuh pada
pemerintahannya. Hal ini sekaligus menjadi ujian terhadap
politik toleransi Mughal. Dalam masa pemerintahannya terjadi dua kali
pemberontakan. Tahun pertama masa pemerintahannya, Raja Jujhar Singh Bundela
berupaya memberontak dan mengacau keamanan, namun berhasil dipadamkan. Raja
Jujhar Singh Bundela kemudian diusir. Pemberontakan yang paling hebat datang
dari Afghan Pir Lodi atau Khan Jahan, seorang gubernur dari provinsi bagian
Selatan. Pemberontakan ini cukup menyulitkan. Namun pada tahun 1631
pemberontakan inipun dipatahkan dan Khan Jahan dihukum mati.
Pada masa ini para
pemukim Portugis di Hughli Bengala mulai berulah. Di samping mengganggu
keamanan dan toleransi hidup beragama, mereka menculik anak-anak untuk dibaptis
masuk agama Kristen. Tahun 1632 Shah Jahan berhasil mengusir para pemukim
Portugis dan mencabut hak-hak istimewa mereka. Shah Jehan meninggal dunia pada
1657, setelah menderita sakit keras. Setelah kematiannya terjadi perang saudara.
Perang saudara tersebut pada akhirnya menghantar Aurangzeb sebagai pemegang
Dinasti Mughal berikutnya.
1. Aurangzeb (1658-1707), Aurangzeb
(1658-1707) menghadapi tugas yang berat. Kedaulatan Mughal sebagai entitas
Muslim India nyaris hancur akibat perang saudara. Maka pada masa
pemerintahannya dikenal sebagai masa pengembalian kedaulatan umat Islam.
Penulis menilai periode ini merupakan masa konsolidasi II Kerajaan Mughal
sebagai sebuah kerajaan dan sebagai negeri Islam. Aurangzeb berusaha
mengembalikan supremasi agama Islam yang mulai kabur akibat kebijakan politik
keagamaan Akbar.
2. Bahadur Syah (1707-1712), Raja-raja
pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu
mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Raja-raja sesudah Aurangzeb
mengawali ke¬munduran dan kehancuran Kerajaan Mughal.
Bahadur Syah
menggantikan kedudukan Aurangzeb. Lima tahun kemudian terjadi perebutan antara
putra-putra Bahadur Syah. Jehandar dimenangkan dalam persaingan tersebut dan
sekaligus dinobatkan sebagai raja Mughal oleh Jenderal Zulfiqar Khan meskipun
Jehandar adalah yang paling lemah di antara putra Bahadur. Penobatan ini
ditentang oleh Muhammad Fahrukhsiyar, keponakannya sen¬diri.
Dalam
pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Fahrukhsiyar keluar sebagai
pe¬menang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja
meninggal ter¬bunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali.
Keduanya kemudian meng¬angkat Muhammad Syah (1719-1748). Ia kemudian dipecat
dan diusir oleh suku Asyfar di bawah pimpinan Nadzir Syah. Tampilnya sejumlah
penguasa lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain
memperlemah kerajaan juga membuat pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya
untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
1. Jehandar (1712-1713), Pada masa
pemerintahan Syah Alam (1760¬-1806) Kerajaan Mughal diserang oleh pasukan
Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Kekalahan Mughal dari
serangan ini, berakibat jatuhnya Mughal ke dalam kekuasa¬an Afghan. Syah Alam
tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan jabatan sebagai sultan.
Akbar II (1806-1837 M) pengganti Syah Alam, membe¬rikan konsesi kepada EIC
untuk mengembang¬kan perdagangan di India sebagaimana yang diinginkan oleh
pihak Inggris, dengan syarat bahwa pihak perusahaan Inggris harus menja¬min
penghidupan raja dan keluarga istana. Kehadiran EIC menjadi awal masuknya
pengaruh Inggris di India.
2. Bahadur Syah (1837-1858). Bahadur Syah
(1837-1858) pengganti Akbar II menentang isi perjanjian yang telah disepa¬kati
oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur Syah dengan pihak
Inggris. Bahadur Syah, raja terakhir Kerajaan Mughal diusir dari istana pada
tahun (1885 M). Dengan demikian ber¬akhirlah kekuasaan kerajaan Islam Mughal di
India.
Kemajuan yang dicapai Kerajaan
Mughal
1. Bidang Politik dan Administrasi
Pemerintahan
> Perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar,
Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh,
Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini
berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
> Menjalankan
roda pemerintahan secara, pemerintahan militeristik.
> Pemerintahan
daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik
dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran
> Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini,
semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan
etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model
toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam.
> Pada Masa
Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya
yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari
pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di
samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
> Para pejabat
dipindahkan ¬dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka
mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah
sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan
demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik
pejabat, kecuali hanya hak pakai.
> Wilayah imperium juga
dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang
dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak
dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
2. Bidang Ekonomi
> Terbentuknya
sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
> Adanya sistem
pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan
melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat
lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya
dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan
penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak
pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat
terhadapnya.
> Sistem
pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium
ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran
tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai.
Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam
sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada
jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai
peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal
dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang
melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang
mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
> Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar
konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC)
-Perusahaan Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India
sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku
sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya
dalam jumlah yang besar.
3. Bidang Agama
> Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu
fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara
baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat
kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama
baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam.
Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India.
Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan
dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan. Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti
dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan
konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan,
“Din-i-llahi itu merupakan (semacam Ideologi/dasar pemerintahan Akbar) dan
Pancasilanya bagi bangsa Indonesia.
> Perbedaan
kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada
daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk
terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan
Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan
digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh
sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan
budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
> Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim
India adalah penganut Sunni fanatik. Tetapi penguasa Mughal memberi tempat
bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya.
> Pada masa ini
juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab
hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali
individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.
> Pada masa
Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi
hukum Islam yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis
ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat
politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4. Bidang Seni dan Budaya
> Munculnya
beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan
manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis
Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
> Kerajaan
Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan
puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri
peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old
Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199),
Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza
(1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2
(1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591).
Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
> Taman-taman
kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah,
Persia, Timur Tengah, dan lokal.
3. Sebab-sebab kemunduran dan
keruntuhan Kerajaan Mughal
Raja-raja pengganti
Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi
kemerosotan politik dalam negeri.Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan
indikator sebagaimana berikut ;
> Internal; Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan,
dan lemahnya kontrol pemerintahan pusat.
> Eksternal; Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum
Sikh di Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri
di Timur, dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
> Dominasi Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu
itu EIC mengalami kerugian. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi
kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara
ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang
beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan.
> Mereka meminta
kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka
me¬ngembalikan kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan
rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka
dapat dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam
terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-¬rumah ibadah
banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari
istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal
di daratan India.
Ada beberapa faktor
yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa kepada
kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan
kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai
tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di
kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang
negara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau
“kasar” dalam melak¬sanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya,
sehingga konflik antaragama sangat sukar diatasi oleh sultan¬-sultan
sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro
terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
PENUTUP
Toynbee menyatakan
setiap kebudayaan yang dewasa memiliki empat tahap
hidup: lahir, tumbuh,
runtuh, dan silam. Kerajaan Mughal telah melewati konsepsi itu. Namun Kerajaan
Mughal tidak mungkin lepas dari sejarah Islam sekaligus sejarah India, karena
kerajaan ini merupakan warisan dua peradaban besar tersebut. Dari pemaparan di
atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Islam telah mewariskan dan memberi
pengayaan terhadap khazanah kebudayaan India. Sepertinya tepat yang ditulis
oleh Roger Garaudy bahwa “Islam telah membawakan kepada manusia suatu dimensi
transenden (ketuhanan) dan dimensi masyarakat (umat) .
2. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka
kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
3. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal
telah memberi inspirasi bagi perkembangan peradaban dunia baik politik,
ekonomi, budaya dan sebagainya. Misalnya, politik toleransi (sulakhul), system
pengelolaan pajak, seni arsitektur dan sebagainya.
4. Kerajaan Mughal telah berhasil membentuk
sebuah kosmopolitan Islam-India daripada membentuk sebuah kultur Muslim secara
eksklusif.
5. Kemunduran suatu peradaban tidak lepas
dari lemahnya kontrol dari elit penguasa, dukungan rakyat dan kuatnya sistem
keamanan. Karena itu masuknya kekuatan asing dengan bentuk apapun perlu
diwaspadai.